ARTIKEL

Pemanfaatan probiotika untuk peternakan 

Sumber : Omkicau 


Ini adalah tulisan mengenai seluk beluk probiotika yang sangat penting bagi hewan ternak, termasuk untuk burung (baik untuk penangkaran maunpun pemeliharaan sebagai hobi). Tulisan karya  Agus Budiansyah, 2004; dan merupakan Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2004; Dosen Prof.Dr.Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab), Prof.Dr.Ir. Zahrial Coto, Dr.Ir. Hardjanto, MS.
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak dan berkembang pesat berakibat pula terhadap perkembangan usaha di sektor peternakan. Sektor peternakan dituntut untuk dapat menyediakan pangan yang cukup bagi penduduk Indonesia berupa protein hewani agar manusia-manusia Indonesia dapat menjadi manusia yang sehat, cerdas dan kuat. Untuk memenuhi permintaan akan protein hewani tersebut, salah satu sektor usaha peternakan yang cukup memadai untuk menjadi andalan adalah peternakan unggas, terutama ayam broiler dan ayam petelur.
Usaha peternakan dibidang perunggasan (ayam) dewasa ini semakin berkembang pesat dan meningkat sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan gizi proteinnya. Oleh karena itu usaha peternakan ini harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar selalu menguntungkan serta produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik kuantitas maupun kualitasnya.
Dalam indutri peternakan, khususnya peternakan unggas, pemberian makanan tambahan berupa feed aditive atau feed supplement biasa dilakukan. Pemberian feed aditive tersebut dilakukan untuk memperbaiki performance / penampilan produksi dari ternak unggas. Bermacam-macam jenis feed aditive antara lain adalah obat-obatan, antibiotika atau hormon-hormon pertumbuhan. Akan tetapi pemberian feed aditive tersebut belakangan ini tidak memuaskan karena sedikit banyak mempunyai efek samping yang kurang baik, baik terhadap hewan ternaknya sendiri, maupun terhadap manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya. Sebagai contoh pemberian antibiotika dapat menyebabkan resistensi terhadap suatu jenis penyakit, sehingga penyakit tersebut sulit untuk disembuhkan dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya jenis penyakit baru.
Penggunaan hormon-hormon pertumbuhan dapat menyebabkan efek yang kurang baik terhadap manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya, karena residu yang tertinggal dari hormon-hormon pertumbuhan pada daging atau telur ayam, secara tidak langsung akan ikut terkonsumsi juga oleh manusia yang memakannya dan terakumulasi dalam tubuh.
Belakangan ini mulai berkembang makanan tambahan jenis baru berupa probiotika.  Probiotika merupakan suatu makanan tambahan atau feed aditive yang berupa mikroorganisme hidup, baik bakteri maupun yeast/kapang yang diberikan melalui campuran ransum atau air minum. Adapun tujuan pemberian probiotika adalah untuk memperbaiki keseimbangan populasi mikroba didalam saluran pencernaan, dimana mikroba-mikroba yang menguntungkan populasinya akan meningkat dan menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan yang sebagian besar adalah mikroba penyebab penyakit (mikroba patogen). Pemakaian probiotika ini tidak mempunyai pengaruh yang negatif baik kepada ternaknya sendiri, maupun kepada manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya.
Pemberian probiotika juga sering digunakan sebagai alternatif untuk membatasi penggunaan antibiotika yang terlalu sering dalam pengobatan penyakit, untuk menghindari resistensi suatu jenis penyakit. Selain itu pemberian probiotika juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kontaminasi mikroba penyebab penyakit (mikroba patogenik) terhadap produk-produk hasil unggas, sehingga produkproduk yang dihasilkan terjaga kehigienisannya. Dengan demikian pemberian probiotika pada ternak unggas diharapkan akan mampu memperbaiki penampilan produksinya baik kuantitas yaitu jumlah ternak, daging atau telur yang dihasilkan lebih banyak, maupun kualitasnya berupa produk-produk yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Makalah ini dibuat dengan pendekatan falsafah sains (Ontologi, Epistemologi dan Axiologi) untuk membahas konsep pemanfatan probiotika dalam meningkatkan penampilan produksi (produktivitas / performance) ternak unggas.
DEFENISI PROBIOTIKA
Istilah “probiotika” berasal dari bahasa yunani “probios” yang dalam biologi berarti untuk kehidupan. Istilah tersebut pertama kali digunakan untuk menjelaskan substansi (zat) yang disekresikan oleh suatu mikroba / mikroorganisme yang dapat memacu pertumbuhan (Fuller, 1992). Istilah probiotika didefinisikan kembali oleh Fuller pada tahun 1989 bahwa probiotika adalah sebagai makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang / yeast yang mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada hewan inang dengan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan (Fuller, 1992). Mikroba-mikroba tersebut secara alami telah ada dalam tubuh hewan, ternak atau manusia, dan merupakan bagian pertahanan tubuh karena membantu tubuh melawan mikroba-mikroba yang berbahaya bagi kesehatan. Didalam saluran pencernaan mikrobamikroba ini mendukung kesehatan saluran pencernaan.
McNaught and MacFie (2000) mengemukakan bahwa mikroba bisa dikatakan mempunyai status probiotika bila memenuhi sejumlah kriteria sebagai berikut:
1.         Bisa diisolasi dari hewan inang dengan spesies yang sama;
2.         Mampu menunjukkan pengaruh yang menguntungkan pada hewan inang;
3.         Tidak bersifat patogen;
4.         Bisa transit dan bertahan hidup dalam saluran pencernaan hewan inang;
5.         Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selama dalam penyimpanan.
Walaupun istilah probiotika yang berkaitan dengan makanan tambahan (feed supplement) baru dimulai pada sekitar tahun 1974, tetapi penggunaan mikroba hidup  sebagai makanan tambahan telah dimulai dari ratusan tahun sebelumnya. Makanan yang pertama sekali mengandung mikroorganisme hidup adalah susu fermentasi (Fuller, 1992), dan saat ini dikenal sebagai dadih di Sumatera Barat dan yoghurt yang banyak dijual dipasaran.
MEKANISME KERJA PROBIOTIKA
Mekanisme kerja dari probiotik masih banyak yang kontroversi, tetapi beberapa mekanisme berikut penting untuk menjadi bahan pertimbangan, antara lain adalah :
1.   Melekat / menempel dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan.
Kemampuan probiotika untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan menempel pada sel-sel usus adalah sesuatu yang diinginkan. Hal ini merupakan tahap pertama untuk berkolonisasi, dan selanjutnya dapat dimodifikasi untuk sistem imunisasi/ kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba-mikroba probiotika berkembang dengan baik dan mikrobamikroba patogen terreduksi dari sel-sel usus hewan inang, sehingga perkembangan organisme-organisme patogen yang menyebabkan penyakit tersebut, seperti Eshericia coli, Salmonella thyphimurium dalam saluran pencernaan akan mengalami hambatan.  Sejumlah probiotik telah memperlihatkan kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus manusia seperti Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus plantarum dan sejumlah besar Bifidobacteria. (McNaught and MacFie, 2000).
2.   Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat anti mikrobial Mikroba probiotika menghambat organisme patogenik dengan berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah terbatas substrat bahan makanan untuk difermentasi. Substrat bahan makanan tersebut diperlukan agar mikroba probiotika dapat berkembang dengan baik. Substrat bahan makanan yang mendukung perkembangan mikroba probiotika dalam salauran pencernaan disebut “prebiotik” (Patterson and Burkholder, 2003). Prebiotik ini adalah terdiri dari bahan-bahan makanan yang pada umumnya banyak mengandung serat.
Pada makanan manusia prebiotik dapat ditemukan pada beberapa jenis makanan seperti biji-bijian, sayur-sayuran seperti brocoli, kembang kol, sayuran hijau, buah-buahan, produk olahan kedalai seperti tempe, tahu, tauco, beberapa sumber karbohidrat seperti terigu, bawang merah dan bawang bombai (Anonymous, 2003; Anonymous, 2004).
Sejumlah mikroba probiotika menghasilkan senyawa / zat-zat yang diperlukan untuk membantu proses pencernaan substrat bahan makanan tertentu dalam saluran pencernaan yaitu enzim. Mikroba-mikroba probiotika penghasil asam laktat dari spesies Lactobacillus, menghasilkan enzim selulase yang membantu proses pencernaan. Enzim ini mampu memecah komponen serat kasar yang merupakan komponen yang sulit dicerna dalam saluran percernaan ternak unggas. Saat ini penggunaan bahan makanan ternak (pakan) untuk unggas kebanyakan berasal dari limbah industri atau limbah pertanian yang pada umumnya mengandung serat kasar tinggi. Penggunaan mikrobamikroba probiotika yang menghasilkan enzim selulase mampu memanfaatkan makanan berserat kasar tinggi dari limbah industri dan pertanian tersebut, dan mikroba probiotika membantu proses pencernaan sehingga serat kasar dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jaringan dan peningkatan pertambahan bobot badan.
Mikroba probiotika juga mensekresikan produk anti mikrobial yang dikatakan bacteriocin. Sebagai contoh Lactobacillus aciodophilus menghasilkan dua komponen bacteriocin yaitu bacteriocin lactacin B dan acidolin. Bacteriocin lactacin B dan acidolin bekerja menghambat berkembangnya organisme patogen (McNaught and MacFie, 2000).
3.   Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang Mikroorganisme probiotika mampu mengatur beberapa aspek dari sistem kekebalan hewan inang. Kemampuan mikroba probiotika mengeluarkan toksin yang mereduksi / menghambat perkembangan mikroba-mikroba patogen dalam saluran pencernaan, merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan kekebalan hewan inang.
Toksin-toksin yang dihasilkan tersebut merupakan antibiotika bagi mikroba-mikroba patogen, sehingga penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba patogen tersebut akan bekurang dan dapat hilang atau sembuh dengan sendirinya. Hal ini akan memberikan keuntungan terhadap kesehatan hewan inang sehingga tahan terhadap serangan penyakit. Penggunaan probiotika pada ternak unggas dilaporkan dapat menurunkan aktivitas urease, suatu enzim yang bekerja menghidrolisis urea menjadi amonia sehinggga pembentukan amonia menjadi berkurang. Amonia adalah suatu bahan yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak unggas (Yeo and Kim, 1997).


Sejumlah spesies mikroba telah berhasil diisolasi, dan telah diidentifikasi dan digunakan sebagai probiotika. Fuller (1999) melaporkan bahwa mikroba-mikroba yang termasuk kedalam probiotika antara lain adalah:
Lactobacillus delbrueckki subspesies bulgaricus
L. acidophilus
L. casei subspesies casei
L. rhamnosus
L. reuteri
L. plantarum
L. fermenteum
L. brevis
L. lactis
Streptococcus salivarius subspesies thermophilus
S. lactis
Enterococcus faecium
E. faecalis
Bifidobacterium bifidum
B. pseudolongum
B. brevis
B. thermophilus
Bacillus subtilis
B. cereus
B. toyoi
B. natto
B. mesentricus
B. licheniformis
Clostridium butyricum
Pediococcus pentosaceus
Saccharomyces cerevisiae
Aspergillus oryzae, dan
Candida pintolepsi
Beberapa mikroba probiotik telah diperjual belikan secara komersial, baik dalam bentuk tunggal (hanya satu macam mikroba probiotika) maupun dalam bentuk campuran (lebih dari satu macam mikroba). Sebagai contoh “GAIA feed” adalah probiotika yang hanya mengandung satu macam mikroba yaitu Lactobacillus reuteri (Fuller, 1999), “Probiolac” (produksi Intervet, salem India) terdiri dari Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Bifidobacterium bifidum, Aspergillus oryzae, Streptococcus faecium dan Torulopsis spp.(Panda et al., 2003). “Protexin” (produksi Novartis probiotics international, UK) terdiri dari Lactobacillus plantarum, L.delbruecki subspesies bulgaricus, L. acidophilus, L. rhamnosus, Bifodobacterium bifidum, Stretococcus salivarius subspesies thermophilus, Enterococcus faecium, Aspergillus oryzae dan Candida pentolepsi (Balevi et al., 2001; Fuller, 1999), serta masih banyak lagi jenis probiotika komersial yang lain.
PEMBERIAN PROBIOTIKA DAN MANFAATNYA PADA TERNAK UNGGAS
Di dalam saluran pencernaan baik hewan, ternak atau manusia terdapat sekitar 100 sampai 400 jenis mikroba, yang secara sederhana dikelompokkan dalam mikroba baik (yang menguntungkan) dan mikroba jahat (yang merugikan yang bisa menyebabkan penyakit atau mikroba patogen). Semua mikroba hidup dalam keseimbangan. Jika keseimbangan tergganggu, misalnya mikroba jahat lebih banyak dibandingkan dengan mikroba baik, maka timbullah penyakit. Terjadinya diare misalnya adalah akibat bakteri Esheriacia coli, cholera oleh bakteri Vibrio cholerae atau thypus oleh bakteri Salmonella Thypimurium.
Pemberian probiotika seperti telah dikemukakan dibagian terdahulu adalah untuk memperbaiki keseimbangan populasi mikroba didalam saluran pencernaan hewan, dimana mikroba-mikroba yang menguntungkan populasinya lebih tinggi dari populasi mikroba yang merugikan. Pada manusia, perbandingan persentase jumlah mikroba yang baik yang diajurkan adalah sekitar 85:15 (Anonymous, 2004). Perbandingan tersebut tentu saja dapat dicapai dengan pemberian atau penggunaan probiotika dan prebiotika.
Pemberian probiotika pada ternak unggas bisa diberikan dalam bentuk campuran ransum atau diberikan melalui air minum, atau dalam bentuk probiotika yang hanya mengandung satu macam strain mikroba saja atau dalam bentuk campuran terdiri dari beberapa strain mikroba seperti “probiolac” atau “protexin”.
Beberapa keuntungan dari penggunaan probiotika pada hewan / ternak antara lain adalah dapat memacu pertumbuhan, memperbaiki konversi ransum, mengontrol kesehatan antara lain dengan mencegah terjadinya gangguan pencernaan terutama pada hewan-hewan muda, prapencernaan faktor-faktor anti nutrisi seperti penghambat trypsin, asam phitat, glukosinolat dan lain-lain (Havenaar et al., 1992).
Pemberian probiotika pada ayam broiler dilaporkan dapat memperbaiki pertumbuhan, angka konversi serta meningkatkan ketersediaan vitamin dan zat makanan lain (Barrow, 1992; Yeo and kim, 1997). Pemberian probiotika pada ayam broiler sebaiknya dilakukan selama 3 minggu pertama pemeliharaan (Yeo and Kim, 1997). Pada ayam petelur dilaporkan bahwa pemberian probiotika (protexin pada taraf 500 ppm) dapat memperbaiki produksi telur, konsumsi ransum, tetapi tidak terhadap berat telur (Bahlevi et al., 2001), sedangkan Panda et al (2003) melaporkan pemberian probiotika (probiolac pada taraf 100 mg/kg ransum) dapat memperbaiki produksi telur, berat kerabang dan tebal kerabang telur serta menurunkan kadar kolesterol pada kuning telur.
Di beberapa negara Eropa dan Amerika saat ini sedang dikampanyekan pembatasan penggunaan antibiotika pada hewan-hewan ternak. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi dari penggunaan antibiotika dan menghindari pengaruh negatif antibiotika pada manusia (konsumen). Selain itu pemberian antibiotika juga bisa menggangu keseimbangan mikroba didalam saluran pencernaan. Sebagai alternatif yang aman dari penggantian penggunaan antibiotika adalah dengan pemberian probiotika, karena tidak mempunyai pengaruh samping yang negatif bila diberikan dalam dosis yang tepat (Patterson and Burkholder, 2003; Cavazzoni et al., 1998; Yeo and Kim,
1997).
Penggunaan probiotika juga merupakan suatu cara pendekatan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kontaminasi penyakit terutama penyakit thypus terhadap produk-produk unggas yaitu daging dan telur, sehingga daging dan telur yang dihasilkan higienis dan aman untuk dikonsumsi sesuai dengan standard kesehatan (Patterson and Burkholder, 2003). Hal ini sebagai akibat terreduksinya mikroba-mikroba patogen penyebab penyakit.
Penggunaan probiotika saat ini tidak hanya berkembang pada ransum-ransum hewan atau ternak, tetapi juga berkembang pada makanan manusia. Sejumlah produk makanan manusia (pangan) telah juga dilengkapi dengan probiotika dan prebiotika, seperti produk olahan susu untuk bayi. Susu formula untuk bayi dilengkapi dengan probiotika dimaksudkan agar dalam salauran pencernaan bayi berkembang mikrobamikroba yang menguntungkan sehingga bayi lebih tahan terhadap penyakit dan lebih sehat.
Produk olahan lain adalah susu fermentasi seperti yogurt dan yakult. Dengan demikian pemberian probiotika pada ternak unggas diharapkan dapat memberikan manfaat terutama peningkatan performance / penampilan produksi yaitu kuantitas (produksi ternak dan daging yang tinggi) dan kualitas (kualitas telur dan daging yang baik dan higienis) sehingga kedepan diharapkan dapat menjadikan usaha peternakan unggas menjadi lebih ekonomis dan menguntungkan.
PENUTUP
Berdasarkan tinjauan ontologi, epistemologi dan axiologi dapat disimpulkan bahwa penggunaan probiotika dalam industri peternakan unggas akan menambah wawasan baru mengenai teknologi peternakan yang dapat memberikan nilai tambah dalam perkembangan dunia peternakan. Penerapan penggunaan probiotika dalam industri peternakan unggas adalah untuk memperbaiki penampilan produksi baik kuantitas maupun kualitas produk. Penggunaan probiotika tidak hanya berkembang pada industri peternakan tetapi juga berkembang pada makanan manusia (produk pangan).
————-
CATATAN OM KICAU: BAGAIMANA PENGARUH PROBIOTIK TERHADAP BURUNG PENANGKARAN DAN BURUNG PELIHARAAN PADA UMUMNYA? IKUTI ARTIKEL BERIKUT TENTANG “HUBUNGAN ANTARA KEMATIAN PEMATUR ANAK-ANAK BURUNG DI PENANGKARAN DENGAN PROBIOTIK”.


DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2002. Probiotik, bakteri pencegah ragam penyakit. Harian Swara, . Edisi 2 Juli 2002. Internet http :// www. Swara.net/id/view-benta.php?/D-B=6. dikunjungi tanggal 23 Oktober 2004. Anonymous, 2003. Mengenal probiotik dan prebiotik. Tabloid Ibu dan Anak : Ekuator Edisi 23 Mei 2003. Internet, http: // www.ekuator.com/index.p. dikunjungi 23 Oktober 2004.
Anonymous. , 2004. Probiotik dan prebiotik nan sehat. Harian Banjarmasin Post, Edisi Senin 24 Mei 2004.Internet http: //www.indomedia.com /bpost/ 05.2004/24 / ragam/ant-1.htm. dikunjungi tanggal 23 Oktober 2004. Balevi, T., U.S.U. An, B. Covkun, V.Kurto..lu and S.S. Etingul, 2001. Effect of dietary probiotic on performance and humoral immune response. British Poult. Sci. 42: 456-461.
Barrow, P.A., 1992. Probiotics for chickens. In Roy Fuller, 1992. Probiotics The Scientific Basis. Chapman & Hall, London.
Cavazzoni, V., A.Adami and C. Castrovilli, 1998. Performance of broiler chickens suplemented with Bacillus coagulans as probiotic. Brit. Poult. Sci. 39:526-529. Fuller, R., 1992. History and development of probiotics. In: Roy Fuller, 1992. Probiotics The Scientific Basis. Chapman & Hall, London.
Fuller, R., 1999. Probiotics for farm animal. In Gerald W. Tannock, 1999. Probiotics A Critical Review. Horizon Scientific Press, Wymondham, U.K.  Havenaar, R., Bart Ten Brink and Jos H.Jhuis in T Veld. Selection of strains for probiotic use. In Roy Fuller, 1992. Probiotics The Scientific Basis. Chapman & Hall, London.  McNaught, C.E., and J. MacFie, 2000. Probiotics in clinical practice: a critical review of the evidence. Nutr. Research 21 (2001) 343-353.
Panda, A.K., M.R. Reddy, S.V. Rama Rao and N.K. Praharaj, 2003. Production performance, serum/yolk cholesterol and immune competence of white leghorn layers as influenced by dietary supplementation with probiotic. Trop. Anim.  Health and Prod. 35: 85-94. Patterson, J.A., and K.M. Burkholder, 2003. Application of prebiotics and probiotics in poultry production. Poult. Sci. 82: 627-631.
Yeo, Jinmo and Kyu Il Kim, 1997. Effect of feeding diets containing an antibiotic, a probiotic, or yucca extract on growth and intestinal urease activity in broiler chicks. Poult. Sci. 76: 381 – 385.
Waspodo, Ingrid S., 2001. Efek probiotik, prebiotik dan synbiotik bagi kesehatan. Harian Kompas edisi 30 September 2001. Internet http:///www.kompas.com/kompascetak/ 0109/30/iptek/efek22.htm. dikunjungi tanggal 23 Oktober 2004.

=========================================================================

Mempercepat Pertumbuhan Ikan Budi Daya Dengan Probiotik 


By galeriukm -- Category: Budidaya Ikan
Pertumbuhan Ikan Budi Daya yang cepat tidak hanya membuat hati senang tetapi juga menekan pengeluaran untuk pakan,mempercepat masa panen dan ikan bisa dipanen dalam ukuran yang seimbang. Banyak pengalaman petani budi daya ikan harus melakukan panen secara bertahap karena ukuran ikan saat ditebar sama tetapi mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Karena itu beberapa rekayasa dan upaya dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan ukuran yang seragam dengan demikian efisiensi produksi budi daya ikan menjadi cukup baik. Beberapa petani ikan menempuh cara dengan memberikan makanan berprotein tinggi dan memberikan makanan alami seperti keong, bekicot dan lain-lain. Akan tetapi pemberian pakan alami terkendala karena tidak praktis. Pada beberapa budi daya ikan seperti budi daya ikan guramih, Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan mas dan lain sebagainya, pemberian probiotik telah dirasakan manfatnya dalam mempercepat pertumbuhan dalam budidaya ikan.

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tuhuh hewan dan manusia sehingga makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan baik. Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit.
Pada Budi Daya Ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan. Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan. Probiotik jenis ini akan menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami.
Pengalaman dari Himawas Atasasih, pemilik HMPS di Jl Sutijap 23 Wates, Kulonprogo, Para petani Ikan Guramih Kulonprogo sudah terbiasa memakai probiotik dicampur pakan. Misalnya, probiotik RajaGrameh, RajaLele, MasterFish, SPF atau Nature yang mudah diperoleh di toko pakan ternak atau toko pertanian. Dengan campuran probiotik dan pelet membuat metabolisme dan pencernaan ikan sempurna. Sebagian besar, 90% pakan yang masuk ke tubuh akan menjadi daging ikan.
Pengalaman Pak Jumadi, petani gurami dari Desa Ceme, Srigading, Sanden, Bantul membenarkan pemberian probiotik sangat membantu pertumbuhan ikan. Saat melihat di kolamnya banyak gurami stres dan mengambang bahkan beberapa mati, dia secepatnya mengguyurkan sebotol probiotik Nature campur segenggam gula pasir ke kolam. Keesokan harinya air kembali hijau jernih dan semua guraminya sehat kembali.
Pengalaman para petani ikan Gurami di Desa Jambidan, Bantul Yogyakarta telah meninggalkan cara konvensional budi daya guramih dan beralih ke cara modern dengan memanfaatkan probiotik. Budi Daya ikan dengan cara konvensional 30 kg pelet hanya menjadi 22 kg daging ikan, dengan sistem Guba (Gugus Simba) bisa menjadi 28-30 kg atau konversinya 1:1. Artinya, ikan lebih berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 90% pakan menjadi daging dan hanya 10% yang dibuang sebagai amoniak.
Menurut Wiwied Usman, Sekjen PerMina sekaligus pembudi daya Ikan Gurami, Kelebihan lain penerapan sistem Guba, pertumbuhan lebih cepat sehingga waktu pemeliharaan lebih pendek. Bila dengan sistem konvensional untuk mencapai berat 1 kg butuh waktu dua tahun, dengan sistem Guba hanya butuh waktu satu tahun. Pengalaman mereka untuk mencapai 8-9 ons dari ukuran silet cukup dalam waktu 9 bulan dengan kombinasi pakan daun sekali sehari. Cara konvensional tanpa penambahan probiotik pada pakan, setahun baru mencapai berat 6-7 ons.
Pakar gurami dari Jurusan Perikanan UGM Ir Gandung Hardaningsih menguraikan, dari berbagai riset, probiotik memang terbukti bagus untuk pemeliharaan air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan. Karena ada introduksi mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat dan ikan juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit. Yang pasti, pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga merangsang nafsu makan.
“Saya kira probiotik akan menjadi andalan para petani ikan di masa depan karena manfaatnya sangat besar pada pertumbuhan ikan sehingga cukup berarti dengan keuntungan yang didapat,’’ tandasnya. Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak dini. Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus diguyur probiotik Nature atau SPF lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan air cukup dua minggu sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.

Perbandingan Hasil Budi Daya Ikan Gurami dengan Cara Konvensional dan Penambahan Probiotik

Biaya  1.000 ekor bibit gurami ukuran silet/korek dengan harga Rp 1.000,-/ekor , membutuhkan pakan 30 sak (harga Rp 210.000).
Total modal sekitar Rp 7,5 juta.  Cara konvensional akan menghasilkan ikan sekitar 7 kuintal. Dengan harga panen Rp 20.000 /kg pendapatan petani sekitar Rp 14 juta.
Keuntungan  sekitar Rp 6 jutaan.
Sistem Guba memberikan terobosan pada berat ikan. Dengan penambahan probiotik seperti RajaGrameh, RajaLele, Nutrisi Simba, ditambah SPF yang dicampurkan pada pakan maka hasil panen bisa mencapai 9 kuintal. Berarti pendapatan petani mencapai Rp 18 juta. Jadi, ada selisih 2 kuintal, senilai Rp 4 juta, jauh lebih untung dibanding cara biasa.
Biaya tambahan untuk membeli probiotikpun tidaklah mahal, dua tutup RajaGrameh ditambah 1 tutup SPF untuk mencampur 5 kg pakan pelet, terbukti hasilnya luar biasa. Padahal untuk 30 sak pakan hanya dibutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik Rp 400 ribu saja. Yakni, untuk pemacu tumbuh Rp 200 ribu, untuk penambah bobot Rp 100 ribu, dan untuk pengobatan Rp 100 ribu. Jadi, penambahan biaya Rp 400 ribu, tambahan keuntungannya Rp 4 juta.
Sumber:
1. http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=45237
2. Harian Kedaulatan Rakyat